Robot Lengan untuk Pindahkan Barang di Manufacturing Expo

DOOSAN Robotics, robot lengan yang bisa ditugasi untuk memindahkan barang dipamerkan Riyadi Warwicks Indonesia di Pameran Manufaktur di Grand City Mal, Surabaya.-Julian Romadhon-Harian Disway-

 

CONVENTION & Exhibition Center di Grand City Mall, kembali ramai, Rabu, 23 Juli 2022. Kali ini dijadikan tempat Pameran Manufaktur Surabaya. Pameran itu kembali digelar setelah vakum dua tahun. 

Ada 181 perusahaan industri yang memamerkan barang-barangnya hingga 16 Juli nanti. PT Pamerindo Indonesia sebagai penyelenggara itu memanfaatkan momentum. Yakni untuk memperkuat kebangkitan seluruh sektor perindustrian, termasuk industri manufaktur. 

Seri pameran industri manufaktur terbesar bagi pasar Indonesia Timur itu juga mempertemukan seluruh pemangku kepentingan. Tentu untuk berbagi informasi dan mendapatkan berbagai inovasi produk serta solusi teknologi digital. Khususnya meningkatkan daya saing industri bagi manufaktur dan produk lokal.

Salah satunya, PT Pertamina Lubricant (PTPL) yang menjadi peserta. Menghadirkan produk-produk unggulan karya anak bangsa. Misalnya, pelumas dengan nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi. 

“Pelumas itu untuk segmen otomotif atau transportasi dan industri,” ujar Vice President Sales & Marketing  Domestic Industry PTPL Nugroho Setyo Utomo saat konferensi pers, kemarin. Bahwa dengan TKDN yang tinggi, produk pelumas Pertamina mampu bersaing di industri nasional. 

Sebetulnya, potensi pasar antara segmen transportasi dan industri hampir sama. Bahkan saat terdampak pandemi, keduanya turun sekitar 50 persen. Meski kini kembali tumbuh secara beriringan.

“Di Jawa Timur juga relatif sama,” katanya. Pertumbuhan pasar pelumas segmen transportasi selalu mengikuti segmen industri. Baik transportasi yang sifatnya privat maupun komersial. 

Namun, pertumbuhan pasar pelumas di Jawa Timur lebih cepat ketimbang provinsi lainnya. Sebab pembangunan Indonesia Timur cukup melesat. Buktinya, pertumbuhan ekonominya pun melebihi capaian nasional. 

“Jadi memang Jawa Timur, khususnya Surabaya ini jadi barometer manufaktur,” ungkapnya. Di pameran itu, para pelaku industri manufaktur dalam dan luar negeri pun berpartisipasi. Mereka adu teknologi mutakhir dalam setiap produknya.

Salah satunya stan milik PT Riyadi Warwick Indonesia yang menyuguhkan Doosan Robotics. Sejenis robot kolaboratif. Bentuknya mirip seperti lengan tangan. 

Fungsinya untuk memindah barang dari satu tempat ke tempat lain. Cocok untuk pabrik botol atau kardus. “Untuk industri sangat cocok. Ini namanya material handling untuk packaging,” kata Henri Hidayatullah, sales manager PT RWI.

Sebetulnya, robot dengan fungsi yang sama telah banyak digunakan di pabrik-pabrik. Namun, robotnya masih konvensional. Artinya seluruh gerak dari robot itu hanya bisa dikontrol dengan komputer.

Beda dengan produk Doosan Robotics ini. Geraknya bisa diatur fleksibel hanya dengan manual. “Robot kami ini disebut kolaboratif karena bisa berdampingan dengan manusia. Kalau robot lain masih kaku,” lanjut Henri sambil menggerakkan robot berbentuk lengan tangan itu ke berbagai arah.

PT Isotema pun tak mau kalah memamerkan mesin pemotong fiber dengan laser. Ukurannya besar sekitar 3.000 mm x 1.500 mm. Mesin itu biasa dipakai memotong plat besi, stainless steel, hingga aluminium.

“Pemotongannya lebih cepat. Hasilnya juga lebih bersih, karena tidak menyisakan serpihan. Juga gak bikin platnya penyok,” kata Direktur PT Isotema Nugroho Ridhwan. Mesin itu cocok untuk pabrik panel listrik, kitchen setfurniture, karoseri, maupun home interior untuk gedung.

Teknologinya juga mutakhir. Yakni dengan sistem Computerized Numerical Control (CNC). Gambar yang diinginkan tinggal dimasukkan ke komputer. Lalu mesin akan memotong secara otomatis mengikuti pola gambar tersebut.

Tentu pameran manufaktur itu menarik perhatian bagi para pekerja industri. Baik dari dalam maupun luar kota. Agung Yudi Prayitno dari One Tech Indonesia, misalnya. Ia datang rombongan bersama rekan kerjanya dari Blitar.

Agung sempat singgah lama di stan milik First Machinery Trade Co. Ia terpaku di hadapan mesin molding itu. Bukan hanya karena ukurannya yang besar. Tetapi juga karena teknologinya yang canggih.

“Mesin ini bisa di- dari mana saja dengan aplikasi khusus,” katanya. Ia makin kepincut lantaran pengaturan mesin itu secara digital. Bahkan bisa diatur memakai bahasa Indonesia.

Selain itu, juga dilengkapi dengan fitur perawatan mesin. Yakni indikator yang muncul otomatis apabila ada unsur dalam mesin sedang mengalami penurunan performa. Misalnya, indikator jumlah oli pendingin, volume oli, dan pendingin udara.

“Spindle atau alat memutar cutting tool mesin ini berkecepatan tinggi,” jelas Yohanes Prima, Sales Engineer. Mesin tersebut termasuk high grade. Harganya dibanderol mencapai Rp 1,5 miliar. (*)