Kadin Jatim: Dukungan “Skilled Labour” Penting dalam Peningkatan Industri Manufaktur

(Dari Kiri): FX Suryadi Wakil Direktur Bidang Kerjasama Politeknik ATMI, Adik Purwanto Ketua Umum Kadin Jatim dan Hery Wiriantoro Kepala Bidang Industri Agro Disperindag Jatim saat menjadi pembicara dalam acara Dialog Umum dengan tema “Dukungan terhadap manufaktur lokal dan Jawa Timur melalui Pameran Manufacturing Surabaya” di Grand City Surabaya, Rabu (13/7/2022). Foto: Kadin Jatim

Adik Dwi Putranto Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim), mengungkapkan pentingnya dukungan “Skilled Labour” atau tenaga kerja terampil dalam peningkatan kinerja industri manufaktur dalam negeri, termasuk di Jatim.

Ia mengatakan, industri manufaktur merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian Jatim. Rata-rata kontribusi yang diberikan oleh sektor ini sekitar 30 persen per-tahun, yang menempatkan industri manufaktur sebagai sektor dengan kontribusi terbesar di Jatim. Selain itu, sektor ini juga berhasil menyerap tenaga kerja sebesar tiga juta lebih.

“Namun saat ini kita berada pada situasi harus waspada, dimana industri harus melakukan efisiensi. Dan kunci terjadinya efisiensi adalah penerapan teknologi. Tetapi tantangannya harus ada tenaga kerja yang betul-betul kompeten. Kita semua yang ada di Jatim harus bisa mengimbangi perkembangan teknologi ini dengan menyiapkan tenaga kerja terampil atau skilled labour,” ujar Adik dalam Dialog Terbuka dengan tema “Dukungan terhadap Manufaktur Lokal dan Jawa Timur melalui Pameran Manufacturing Surabaya”, Rabu (13/7/2022).

Dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Adik mengungkapkan jika dukungan tenaga kerja terampil dalam industri manufaktur tidak bisa ditawar lagi, terlebih dengan semakin majunya teknologi yang berkembang. Untuk itu, Kadin sejauh ini telah berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di Jatim, melalui berbagai program yang telah dan akan dilaksanakan.

“Skilled Labour ini betul-betul dibutuhkan, termasuk dalam menyiapkan pengembangan kawasan industri. Sehingga ketika satu kawasan industri baru dibuka, maka kita sudah siap memiliki tenaga kerja terampil yang bisa mengisi. Karena melalui tenaga kerja terampil ini efisiensi dan produktifitas tenaga kerja bisa ditingkatkan,” tegasnya.

Adik juga sangat mendukung penerapan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang secara terus menerus didengungkan oleh pemerintah. Sebab program tersebut diyakini akan mampu memacu mahasiswa menjadi wirausaha atau enterpreneur.

“Tetapi catatannya, itu harus kita lakukan bersama-sama. Kami mewakili industri, pemerintah, kampus, termasuk media membangun sinergi pentahelix untuk mewujudkan tenaga kerja terampil,” tegasnya.

Senada dengan Adik Dwi Putranto, FX Suryadi Wakil Direktur Bidang Kerjasama Politeknik ATMI mengatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja terampil di sektor manufaktur menjadi tantangan di dunia pendidikan dan industri. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan saat ini anak muda kurang tertarik untuk terjun di sektor manufaktur.

“Mereka ingin serba instan. Bagi mereka, dunia internet lebih menarik. Oleh karena itu, Politeknik ATMI bekerjasama dengan sejumlah industri untuk menerapkan sistem education base (teaching factory). Dalam kampus kami, ada unit pendidikan dan ada unit produksi. Sehingga mahasiswa tidak perlu magang di luar,” ujar Suryadi.

Adapun kurikulum yang diterapkan adalah 30 persen teori dan 70 persen praktik. Untuk teori pun penyampaiannya dimodel seperti dunia kerja, yaitu dengan membagi mahasiswa menjadi dua sifat, pagi dan sore. Langkah ini dilakukan untuk membiasakan mereka dengan ritme di lingkungan kerja.

“Hasilnya, seluruh lulusan kami selalu siap kerja. Bahkan hampir di seluruh industri besar di Jatim ada lulusan kami yang bekerja di sana,” tandasnya.

Sementara itu, Hery Wiriantoro Kepala Bidang Industri Agro Disperindag Jatim mengatakan, sejauh ini Pemprov Jatim juga memiliki komitmen besar dalam peningkatan SDM, beberapa program peningkatan tenaga kerja dan sumber daya manusia telah dilakukan.

“Kami juga memiliki program OPOP di Pondok Pesantren, membantu meningkatkan skill santri juga alumnus serta pesantren. Kita ajak dan kita bina menjadi wirausaha. Kita fasilitasi, mulai dari kualitas hingga standarisasi kemudian kita ikutkan pameran. Kami juga memiliki misi dagang, untuk menfasilitasi produk mereka,” ujarnya.

Dukungan terhadap peningkatan industri manufaktur menurutnya juga diwujudkan dengan dibukanya sejumlah kawasan industri baru di beberapa kabupaten kota, diantaranya di Ngawi, Madiun dan Nganjuk.

“Yang eksisting sudah ada 10 kawasan industri, menyusul tiga kawasan industri baru di Nganjuk, Madiun dan Ngawi. Karena sebenarnya harapan kami kawasan industri itu ada dia setiap kabupaten kota,” pungkasnya.(bil/ipg)